Close

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PENGEBORAN

Perencanaan Pengeboran

Tahap perencanaan dilakukan sebelum pemboran dilakukan supaya tidak ada kendala dalam masalah dana. Tahap perencanaan meliputi studi hidrogeologi, geolologi, topografi dan sosial ekonomi masyarakat. Observasi lapang juga dilakukan suntuk melihat kondisi tutupan laha disekitar titik rencana pengeboran. Studi lanjutan untuk mengetahui keterdapatan akuifer dilakukan studi geofisik. Pemilihan sumber air baku harus mempertimbangkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas, kemudahan pengambilan, jarak transmisi ke pelanggan, kemahalan konstruksi, dan kompetisi dengan kepentingan lain.

Persiapan Pengeboran

  • Mobilisasi pada awal pengerjaan dan demobilisasi pada akhir pekerjaan meliputi pemindahan Rig beserta alat bantunya dan bahan sumur ke site pengeboran
  • Mobilisasi antar site pengeboran meliputi pemasangan dan pembongkaran Rig beserta alat bantunya pada tiap site pengeboran
  • Persiapan lokasi sebelum pengeboran dan pemulihan lokasi setelah pekerjaan

Pekerjaan Pengeboran

  • Pengeboran pilot hole pada segala formasi diameter 8” dengan kedalaman yang telah direncanakan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan (pada kegiatan kali ini rencana pengeboran sampai dengan kedalaman 125 m). Selanjutnya disaat yang bersamaan dilakukan pengambilan contoh cutting tiap meter dan pemeriksaan litologi, termasuk penyiapan Selanjutnya sebelum logging dilakukan pembersihan sumur dengan melakukan sirkulasi lumpur bor.
  • Pendugaan geofisika lubang bor dan (geophysical well logging) yang terdiri dari data kurva Resistivity dan kurva SP agar dapat diperoleh data geologi dan litologi akuifer setempat
  • Pelebaran lubang bor (dari dia. 8” menjadi 12”)
  • Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur secukupnya untuk menghindari kesulitan pada saat pekerjaan pemasangan konstruksi pipa sumur dan pengisian gravel pack dan pada pekerjaan ini ukurannya
  • Pemasangan dan pencabutan pipa sementara (konduktor)
  • Development sumur dengan air jetting dan atau water jetting menggunakan kompessor angin bertekanan tinggi atau mud pump sehingga sumur bersih dari kotoran lumpur dan pasir sisa
  • Pemompaan uji (pumping test) untuk mengetahui karakteristik dan kapasitas debit air sumur meliputi:
  1. Uji penurunan bertingkat (step drawdown test) dan uji debit tetap (continous pumping test)
  2. Uji pemulihan (recovery)
  • Pengambilan contoh dan analisa kualitas air
  • Pembuatan laporan kegiatan, laporan harian operasi peralatan, laporan akhir pekerjaan

Uji Pemompaan (Pumping Test)

Jika gambaran konstruksi sumur sudah dilakukan, tahapan selanjutnya yaitu pelebaran lubang sumur dan kontruksi sumur. Sumur airtanah sebelum difungsikan maka harus dilakukan uji pemompaan atau pumping test terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar pemompaan tidak melebih kapasitas produksi sumur yang dapat meyebabkan penurunan muka airtanah. Penyebab penurunan muka airtanah di dalam sumur pada saat pemompaan:

  • Aquifer loss yaitu penurunan head di dalam akifer, berubah oleh waktu dan  jarak
  • Well loss
  • Linear well loss disebabkan oleh kerusakan akifer saat pemboran dan konstruksi seperti kompaksi oleh alat pemboran, penyumbatan oleh material lumpur bor, hambatan di dalam media Gravel pack ataupun hambatan di dalam
  • Non linear well loss yang disebabkan aliran turbulen di dalam screen atau

Uji pemompaan terdiri dari:

  • Step drawdown test

Parameter yang diukur saat uji pemompaan adalah waktu pemompaan, debit dan muka airtanah selama pemompaan berlangsung. Alat yang harus disediakan adalah pompa, dipmeter, stop watch, alat ukur debit dan pipa sesuai kebutuhan. Tujuan uji sumur metode ini adalah untuk mengetahui well loss dan untuk mengetahui efisiensi sumur. Sumur mula-mula dipompa dengan debit kecil hingga penurunan atau drawdown stabil. Kemudian debit pompa ditambah secara bertahap dan diuji dengan cara yang sama.

  • Long Duration Pumping Test

Metode ini juga dikenal dengan constant rate dan digunakan untuk pengujian akuifer. Pengujian debit tetap, dilakukan setelah muka air kembali sebelum pemompaan. Pada pengujian ini dilakukan pemompaan dengan debit tetap dan biasanya dilakukan selama 72 jam atau setelah steady state dicapai (muka air tidak turun lagi).

Penurunan muka air tanah pada sumur uji selama pumping test diukur dan diamati kemudian dicatat pada tabel. Air harus dijaga agar tidak kembali masuk kedalam sumur dengan cara mengalirkannya melalui pipa pembuang. Debit air yang keluar diukur dengan metode langsung. Pengukuran debit bisa menggunakan flow meter ataupun v-notch.

  • Recovery test (Uji Pemulihan)

Setelah pompa dimatikan saat uji pemompaan maka permukaan air dalam sumur perlahan-lahan akan naik. Kenaikan muka airtanah tersebut disebut sebagai residual drawdown. Kenaikan muka airtanah tidak dipengaruhi oleh debit pemompaan, sehingga data dapat lebih akurat. Metode yang digunakan dalam pengolahan data recovery test adalah metode theis baik pada akifer terkekang, akifer tidak terkekang dan akifer semi terkekang.

Gambar 1 Contoh penurunan muka airtanah saat pemompaan dan kenaikan muka airtanah setelah pemompaan dihentikan (Driscoll, 1987).

Baku Mutu Air Minum

Sebelum air digunakan oleh masyarakat, maka airtanah harus diuji kualitasnya. Jika kualitas air tersebut memenuhi syarat baku mutu air minum sesuai Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum. maka air bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, jika melebihi syarat baku mutu harus dipertimbangkan kembali karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Tabel 1 Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi (Permenkes No. 32 Tahun 2017)

 

Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu (Kadar

Maksimum)

1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 50
3 Zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) mg/l 1000
4 Suhu oC suhu udara ± 3
5 Rasa tidak berasa
6 Bau tidak berasa
Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu (Kadar

Maksimum)

Wajib
1 pH mg/l 6,5 – 8,5
2 Besi mg/l 1
3 Fluorida mg/l 1,5
4 Kesadahan (CaCo3) mg/l 500
5 Mangan mg/l 0,5
6 Nitrat (N) mg/l 10
7 Nitrit (NO2) mg/l 1
8 Sianida mg/l 0,1
9 Deterjen mg/l 0,05
10 Pestisida Total mg/l 0,1
Tambahan
1 Air Raksa mg/l 0,001
2 Arsen mg/l 0,05
3 Kadmium mg/l 0,005
4 Kromium (valensi 6) mg/l 0,005
5 Selenium mg/l 0,01
6 Seng mg/l 15
7 Sulfat mg/l 400
8 Timbal mg/l 0,05

 

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *